Jumat, 27 Desember 2013

Kehamilan Dengan Pre-Eklampsia



Kehamilan Dengan Pre-eklampsia – Pre eklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan proteinuria, edema atau keduanya, yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke 20, atau kadang-kadang timbul lebih awal.  Dalam kepustakaan lain disebutkan, preeklamsia adalah penyakit pada pertengahan usia kehamilan dengan karakteristik hipertensi, terdapat bukti gangguan ginjal, dan secara umum, edema.
Penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Teori yang dapat diterima haruslah dapat menerangkan (a) mengapa frekuensi menjadi tinggi pada : primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa; (b) mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan, umumnya pada triwulan III; (c) mengapa terjadi perbaikan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam kandungan; (d) mengapa frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan berikutnya; dan (e) penyebab timbulnya hipertensi, proteinuria, edema, dan konvulsi sampai koma. Dari hal-hal tersebut diatas, jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre eklamsia. tetapi terdapat faktor predisposisi kehamilan dengan pre-eklampsia yang jelas, yaitu:
1. Pasien primigravida.
2. Risiko meningkat sesuai usia.
3. Keluarga mempunyai riwayat preeklampsia atau hipertensi.
4. Pre-existing hypertension.
5. Kehamilan ganda.
6. Diabetes Melitus pada kehamilan.
7. Mola hidatidosa.
8. Sensitisasi rhesus berat.
Pada preeklampsia, terjadi berbagai perubahan pada beberapa organ, yaitu:
a.              Perubahan pada plasenta dan uterus.
          Menurunnya aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama pertumbuhan janin terganggu, pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi.
Kenaikan tonus uterus dan kepekaan terhadap perangsangan sering didapatkan pada pre eklamsia dan eklamsia, sehingga mudah terjadi partus prematurus.
b.             Perubahan pada ginjal
          Kelainan pada ginjal berhubungan dengan proteinuria dan mungkin berhubungan dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi garam dan air belum diketahui benar, spasme arteriole ginjal mengakibatkan penurunan filtrasi glomerulus. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus juga menurun dan berakibat retensi garam dan diikuti retensi air.
c.              Perubahan pada retina
          Pada pre eklamsia tampak edema retina dan spasme arteri pada retina. Ablasi retina juga dapat terjadi pada pre eklamsia, meskipun jarang. Pelepasan retina disebabkan oleh edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera. Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat lagi dalam 2 hari samapai 2 bulan.

Klasifikasi pre-eklampsia
Pre eklamsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu preeklampsia ringan dan preeklampsia berat. Preeklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut: (1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. (2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggu. (3) Proteinuria kwantitatif 0,3 gram atau lebih per liter; kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream.
            Pre eklamsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut: (1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. (2) Proteinuria 5 gram atau lebih per liter. (3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam. (4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium. (5) Terdapat edema paru dan sianosis.

Pengobatan Pre-eklamsia
Pengobatan hanya dapat dilakukan secara simtomatis karena etiologi preeklampsia, dan faktor-faktor apa dalam kehamilan yang menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan atama penanganan ialah : mencegah terjadinya preeklampsia berat dan eklamsia, melahirkan janin hidup, melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya.
            Pada dasarnya penanganan preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi eklamsia, dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup di luar kandungan daripada dalam uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan pre eklamsia, terutama bila bila janin masih sangat prematur. Dalam hal ini diusahakan dengan tindakan medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
Demikian artikel kehamilan dengan pre-eklampsia. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar